Minggu, 31 Oktober 2010

Sabtu, 30 Oktober 2010




Sabtu, 09 Oktober 2010

ANJING SETIA PENUNGGU GOA

Konsultan ide cerita : Muhammad Nuh Fathsyah.



“ Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka itu tidur, dan kami bali-balikan mereka ke kanan dank e kiri, sedang anjing mereka menjulurkan kedua lengannya di muka pintu goa. Dan, jika kamu menyaksikan mereka, tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah hati kamu akan dipenuhi dengan ketakutan pada mereka.”(QS.Al-Kahfi [18] : 18).



Aku seekor anjing yang ditinggal mati ibuku saat aku masih perlu menyusu untuk minum. Aku anjing yang dibasmi di kota tua ini, Kota Afsus. Aku menjadi kata-kata umpatan untuk perbuatan tercela ‘ANJING BIADAB KAU’. Padahal tak semua anjing itu musyrik, aku adalah anjing muslim yang setia kepada majikanku, seorang penggembala kambing.



Setiap malam tuanku keluar rumahnya untuk mengadakan pertemuan, karena orang-orang muslim akan dikejar dan dibunuh apabila diketahui ke muslimannya. Aku dengan setia menjaga majikanku, berjaga-jaga dari para penjaga kerajaan yang membenci orang muslim.



Pada suatu hari aku berjalan-jalan di sebuah kebun yang ada sebuah patung, bertemulah aku dengan anjing Ratu Priska, anjing itu menggonggongiku, agar aku tidak mengencingi patung yang dianggap dewa oleh penduduk tersebut.”Penjaga istana akan membunuhmu, apabila mengetahui dewa mereka kamu kencingi.”



“Mengapa mereka menyembah batu yang tidak mampu berbuat apapun.”Jawabku, namun anjing cantik yang lembut itu, anjing Ratu Priska menuntunku dan memberiku daging dari sisa makanannya.



Dan malam itu, tidak biasanya, para umat muslim pada lari mencari persembunyian, dan aku mengikuti tuanku mencari persembunyian. “Ayolah cepat kita pergi ke goa.” Kata tuanku dengan beberapa temannya dan seperti biasa aku mengikuti dan menjaga mereka dari kejaran pengawal kerajaan.



“Aku akan menjaga mereka ya Allah,”Kataku dalam hati.Didepan goa ini aku menjaga mereka, apabila ada yang mencurigakan aku akan menggonggong member peringatan bahaya, agar tuanku dan teman-temannya melarikan diri.



Kami serasa terbangun dari tidur yang sebentar, aku terbangun bersamaan dengan tuanku si gembala kambing dan teman-temannya, tapi kulihat mereka sangat mengerikan dan menakutkan, seluruh tubuhnya ditumbuhi rambut yang sangat panjang.” Sudah berapa tahun kita tertidur?” pertanyaan pertama tuanku kepada teman-temannya dan melihatku, anjing setia yang menunggui mereka di depan pintu goa.



Kami keluar ditengah kota dan seluruh kota pun ketakutan, dan ada yang bercerita pada kami bahwa raja yang zalim itu telah hancur bersama patung-patung dewa mereka,” Kalian telah tidur selama 309 tahun karena kerajaan yang kalian sebut, raja zalim itu telah hancur tak lama setelah pelarian kalian.”









HUD-HUD SI PENYELIDIK



“ Dan dia (Sulaiman) memeriksa burung-burung dan berkata ‘Mengapa aku tidak melihat Hud-Hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh, aku benar-benar akan mengazabnya dengan keras, atau benar-benar menyembelihnya, kecuali dia dating dengan alas an yang terang’.” (QS. An-Naml [27] : 20-21).



Aku adalah burung Hud-Hud si penyelidik, burung yang dipercaya Nabi Sulaiman untuk mengintai kekuatan daerah yang akan di Islamkan, aku mempunyai anak buah dan sekretaris berupa burung-burung merpati penyampai pesan dan mencatat pesan dariku.



Aku menyelidiki daerah yang di pimpin oleh putrid cantik yang menyembah matahari, namanya Ratu Bilqis, kecantikannya termasyur juga kepemimpinannya yang tegas. Aku mempunyai tugas menyampaikan surat pada Ratu Bilqis untuk mengakui Keesaan Allah tuhan semesta alam. Isi suratnya seperti berikut,” Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, aku minta kepada Ratu Bilqis untuk takluk kepada Raja Kami Raja Sulaiman yang Agung, dan jangan merasa sombong untuk beriman kepada tuhan kami Allah.”



Ratu Bilqis membalas surat Nabi Sulaiman dengan hadiah, utusan Ratu Bilqis terkejut melihat Nabi Sulaiman duduk disinggasananya yang megah terbuat dari emas permata, disisi Nabi Sulaiman duduk seekor singa sungguhan.



Untuk membalas hadiah Ratu Bilqis, Nabi Sulaiman mengundang Ratu Bilqis untuk dating ke istana Nabi Sulaiman, Ratu Bilqis pun bersedia dating, dalam perjalanan ke Saba, singgasana Ratu Bilqis dalam sekejap mata dipindahkan oleh jin Ifrit, berhadapan dengan kerajaan Nabi Sulaiman.



“Apakah itu kerajaan dan singgasanamu?” Nabi Sulaiman bertanya pada Ratu Bilqis. Ratu Bilqis hanya mampu tersipu-tersipu atas kekuasaan Allah yang telah memberikan Nabi Sulaiman mukjizat yang memukau matanya.



Saat Ratu Bilqis memasuki kerajaan Nabi Sulaiman dijinjingnya bajunya hingga terlihat betisnya, karena lantai kerajaan Nabi Sulaiman yang terbuat dari kaca Kristal bening bagai air sungai di bawahnya, dan bertaburan berlian diseluruh ruangannya, sejak saat itu takluklah Ratu Bilqis dan menjadi Islam.



Aku adalah burung Nabi Sulaiman yang bernama Marhala, aku meminta hadiah pada Nabi Sulaiman, agar jasaku dalam menyebarkan Islam selalu diingat sampai akhir masa.



Dan Nabi Sulaiman menjawab,” Kenapa kau menjadi pongah burung Hud-Hud?”



“Aku tidak pongah Raja yang Agung, aku hanya ingin disebut bersama kebesaran namamu dalam penyebaran agama Islam.”Jawab burung Hud-Hud.



“Aku juga tidak tahu Marhala, tapi aku berdoa pada Tuhanku agar jasamu dan doamu dikabulkan Allah.”Itulah jawaban bijaksana dari Nabi Sulaiman.


Jumat, 08 Oktober 2010

SEMUT PENGAWAL LEMBAH



“ Ketika pasukan itupun tiba di sarang semut pemimpin semut berteriak, masuklah kalian ke dalam sarang jangan sampai Sulaiman dan tentaranya menginjak hancur tubuh kita tanpa mereka sadari.” (QS. An-Naml [27] : 18).



Aku adalah seekor semut penjaga lembah, kerjaku mengawasi deretan semut dari atas agar menjadi peringatan untuk pasukan semut pekerja apabila ada mangsa yang mengancam.



Setiap semut mempunyai tugasnya masing-masing, dan kami pekerja yang disiplin dan tangguh, kami mencari makan dengan sangat susah, kami berbaris agar kami tidak tersesat dan hilang dari teman-teman kami. Kami juga pengambil keputusan yang cepat dan sangat berani, di padang yang sangat luas.



Dan suatu saat aku mendengar langkah pasukan Nabi Sulaiman, yang terdiri dari pasukan jin, burung, dan tentara manusia.”Wahai temanku masuklah kedalam lubang tanah agar tidak terinjak pasukan Nabi Sulaiman, mereka bukan saja dari golongan manusia, tapi juga jin dan burung.” Aku mengeluarkan bau khas seekor semut bila ada bahaya agar dari kejauhan teman-temanku menciumnya dan bergegas kembali kesarang.



Kemudian kulihat Nabi Sulaiman mendekatiku, seraya mengerti dengan perkataanku,” Tenanglah semut aku tidak akan menginjak lembah sarang tempatmu tinggal, pasukanku akan berbelok jauh dari rumahmu, aku adalah hamba Allah anak Nabi Daud. Allah mengajariku bahasa seluruh mahkluk hidup termasuk seluruh binatang.”



“Kamu adalah Nabi Sulaiman dan anak seorang Nabi Daud, berdoalah agar aku mendapat limpahan rahmat dari Allah.”Kata semut itu kepada Nabi Sulaiman.



“Aku tidak tahu harus berdoa apa untukmu, tapi apa yang kamu katakana sekarang ini akan tertulis di dalam kitab suci, dan menjadi doa-doa dalam shalat orang mukmin.” Nabi Sulaiman akhirnya memerintahkan seluruh pasukannya menyimgkir dari lembah semut.




RAYAP PEMAKAN TONGKAT



“ Saat Sulaiman wafat tak satupun yang tahu, kecuali rayap yang menggrogoti tongkatnya. Saat raja itu terjatuh barulah jin menyadari luputnya mereka tetap dalam siksa karena sebenarnya mereka tak pernah tahu hal-hal yang gaib.” (QS. Saba [34] : 14).



Aku adalah seekor rayap, ketika aku terbang bersama teman-temanku aku terjatuh di sebuah tongkat, ternyata aku terjatuh di tongkat Nabi Sulaiman.



Tak ada siapapun yang berani masuk mihrab, saat Nabi Sulaiman shalat, kecuali setelah Nabi Sulaiman menuntaskan shalatnya. Di mihrab, terlihat Nabi Sulaiman sedang duduk, kuucapkan salam padanya,”Salam sejahtera ya Nabi Allah, Raja Sulaiman yang bijaksana.”



Namun Nabi Sulaiman sedang khusyuk shalat dan tak menjawab salamku. Waktu telah lama berlalu, Nabi Sulaiman tak beranjak dari tempat duduknya, dan satupun yang berani masuk membangunkannya, kusapa lagi,”Salam Nabi Allah, aku tak bisa keluar dari mihrabmu, aku mulai lapar, dan tak ada kayu selain tongkatmu?”



Namun Nabi Sulaiman tak bergerak hingga malam-malam berganti, malam itu pun aku mendapat wahyu Allah untuk mendekati Nabi Sulaiman dan memakan tongkatnya. Dan akulah yang pertama diberitahu Allah kalau Nabi Sulaiman telah wafat.



Lalu kumakan tongkat Nabi Sulaiman, hingga Nabi Sulaiman terjatuh dari tempat duduknya,” Salam sejahtera ya Nabi Allah, kau hidup dan mati dengan mulia, bahkan tongkatmu pun mampu memberiku makan, betapa mulia hatimu.”



Jin pun makhluk gaib tak mengerti wafatnya Nabi Sulaiman apabila tak kusampaikan kabar ini, dan jin mengabarkan ke para mentri pun baru berani memasuki mihrab setelah mengetahui wafatnya Nabi Sulaiman.




KELEDAI NABI UZAIR


 "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini se hari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kpd makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS:Al-Baqara/2:256-259)


Aku adalah keledai Nabi Uzair, aku selalu menemani Nabi Uzair kemanapun, dari rumah pagi hari, ke kebun apelnya, sampai pulang kembali ke rumahnya.



Kami beristirahat sejenak pada saat itu, ketika kami ingin pulang kembali ke rumah, di bawah pohon, Nabi Uzair meminum anggur dan sepotong roti dan di biarkanlah aku merumput pergi berjalan disekitar tempat Nabi Uzair beristirahat. Terlintas di benak Tuanku Nabi Uzair, “bagaimana Allah menghidupkan alam ini setelah kematiannya ?”



Setelah berfikir seperti itu, kami berdua terasa sangat mengantuk, dan tertidur.



Lalu aku mendengar suara agung, tak kulihat tuanku Nabi Uzair, suara dari cahaya suci, dan suara itu bertanya,”Berapa lama aku tertidur?”



Tak kudengar jawaban dari tuanku Nabi Uzair, hanya suara gaib mengatakan,”Kau tertidur selama seratus tahun. Lihatlah! Lihatlah! Mayat keledaimu yang menjadi debu, perlahan berubah menjadi tulang, perlahan-lahan tulang diliputi darah dan daging, kemudian tertutupi kulit, dan bulu-bulunya menutupi kulitnya. Bangkitlah keledai yang telah seratus tahun tertidur.”



Aku bangkit sekejap setelah suara gaib membangkitkanku, barulah kulihat tuanku Nabi Uzair memandangku dengan keheranan. Aku pun lebih keheranan lagi, tak kutemui jalan yang dulu pernah kami lalui berdua bersama tuanku Nabi Uzair.



Nabi Uzair berjalan mencari sanak keluarganya yang tersisa, maka ditunjukkanlah cucunya yang sudah berusia 60 tahun. Nabi Uzair kelihatan lebih muda dari cucunya, Nabi Uzair dibangkitkan dari tidurnya dengan usia 50 tahun.



Pada saat Nabi Uzair bangkit dari tidurnya, kitab taurat sudah banyak yang hilang dan tidak ada ditemukan dalam keadaan utuh, maka cucunya berkata,”Kalau memang benar engkau kakekku maka engkau mengetahui dimana engkau meletakkan kitab Taurat?”



“Aku menyimpan Taurat di pohon tua di padang rumput yang tinggi,”maka mereka menuju pohon yang di tunjuk Nabi Uzair, dimasukkanlah tangannya dilubang pohon tersebut dan ditemukanlah naskah Taurat yang asli.



Ditemui pula Hanim, pembantunya yang dulu pernah tinggal di rumahnya, sekarang telah berusia 120 tahun dalam keadaan buta, aku mencium inilah satu-satunya bau orang yang kukenal dulu, setelah bau Nabi Uzair.



Diusaplah matanya yang buta hingga mampu melihat kembali dan akupun ikut menitikkan airmata.





BURUNG DARI TANAH PALESTINA



“Ingatlah, saat kau membentuk patung burung dari tanah lalu kau tiup ia dan dengan ijin-KU, ia berubah menjadi burung lalu terbang di angkasa.”(QS. Al-Maida [5] : 110).



Aku adalah burung dari butir-butir tanah yang sering dilewati oleh Maryam, perempuan yang taat beribadah, Maryam adalah perempuan paling suci di muka bumi ini, dan ahli ibadah. Maryam sang perawan diserahkan oleh keluarganya untuk beribadah di Masjid Al-Aqsa. Berkat kuasa Allah, Maryam menjadi wanita terpilih untuk menjadi ibu dari seorang Nabi. Malaikat jibril meniup udara, terjadilah mukzijat, Maryam mengandung berkat kuasa Allah.



Pada saat Maryam melahirkan anaknya, banyaklah terjadi desas-desus diantara kaum Yahudi. Saat Maryam duduk dibawah kurma terdengarlah suara dari bawahnya,”Janganlah engkau bersedih, Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Goyanglah pangkal kurma itu, ia akan menjatuhkan buah kurma yang masak untukmu. Makanlah, minumlah, dan bersenang hatilah. Jika kau berpapasan dengan orang lain, katakanlah kau telah bernazar untuk puasa berbicara dan tidak akan berbicara dengan siapapun tentang kejadian ini.” Aku saksi dari semua ini, karena aku masih berupa butiran tanah pada saat itu, yang menyaksikan setiap perbuatan Maryam.



Aku memang seonggok tanah, suatu hari lewatlah seorang pengawal Hakim Herodus dari Romawi, dia seorang laki-laki cerdas yang menyelidiki, dia melihat seonggok tanah yang ditumbuhi bunga-bunga mawar kecil, anggur yang tumbuh subur, dan pohon kurma, dimana Maryam sering duduk dibawahnya, tersedia makan dan minum untuk Maryam di seonggok tanah yang subur, disanalah butiran tanah asalku.



Dan bagaimana anak Maryam dapat berbicara saat mulai dilahirkan, menunjukkan mujizat ke Nabi-annya sejak bayi.



Tahun demi tahun berlalu, Isa anak Maryam telah dewasa, Isa adalah manusia yang dating dengan kuasa Allah dengan berbagai mukjizat yang di milikinya, Isa mampu menghidupkan orang-orang mati, memberikan ribuan ikan dalam sekali waktu. Dan Isa menentang bahwa darah adalah roh dari makhluk hidup. Maka duduklah Isa ditanah dimana aku berada, diatasnya ditumbuhi bunga-bunga mawar kecil, diambillah aku dibuatnya aku berupa burung, dengan seijin Allah ditiupnya aku, maka dengan sekejap aku terbang berubah menjadi burung di angkasa, aku mampu berkicau bernyanyi bersama burung-burung yang lain, aku ingin bernyanyi di kaki Maryam, karena aku saksi keimanannya.


Kamis, 07 Oktober 2010

AIR SUSU PEMBAWA BERKAH



“Unta betina milik Allah ini menjadi tanda bagimu, biarkanlah dia makan di bumi, janganlah kamu ganggu sedikitpun atau karenanya kamu akan ditimpa siksa yang pedih.” (QS. Al-A’raf [7] : 73).



Aku adalah unta Nabi Shaleh, yang lahir dari batu bukit untuk menunjukkan mukjizat Nabi Shaleh agar umatnya (Tsamud) beriman. Pada hari ketiga aku dilahirkan di bukit batu, aku pun melahirkan seekor anak dan air susuku melimpah, Penduduk Tsamud dengan ijin Nabi shaleh meminta susuku yang melimpah, dapat membuat kenyang seluruh penduduknya, bukan saja untuk dibuat minum namun penduduk Tsamud dapat membuat makanan dari susuku, dibuatnya mentega dan keju, susuku memang berlimpah.



Penduduk Tsamud telah berjanji untuk beriman dan tidak menggangguku, kalau mereka ingkar janji, maka terjadila azab untuk penduduk Tsamud. Orang-orang fakir sangat bersahabat pada ku, sedang orang-orang kafir tetap saja sombong dan berusaha mencari cara untuk menentang ke Nabi-an Nabi Shaleh, dianggapnya kelahiranku mempersempit ruang gerak mereka yang kafir kepada Allah karena pengikut mereka semakin berkurang.



Terjadilah rapat antara kepala suku penduduk Tsamut yang kafir, hingga mereka sepakat untuk menyembelihku. Mereka mulai menyebarkan minuman keras agar terjadi penentangan dimana-mana dan mengurangi rasa takut mereka kepada Nabi Alllah, Nabi Shaleh.



Aku selalu memuja Allah dan berlaku adil pada siapapun, seluruh penduduk boleh memanfaatkan air susuku tanpa terkecuali, kadang kusingkirkan anakku yang lagi menyusui untuk mendahulukan memenuhi kebutuhan penduduk Tsamud, dan malam itu, malaikat dating padaku membisikan kematianku, dan jihad yang akan kualami. Dengan ikhlas aku sambut kematianku. Pada malam kematianku, beberapa orang mabuk, dan seorang yang mabuk itu menyambar leherku dengan pedangnya, ingin kutuliskan kisahku dengan tinta di kitab suci, namun hanya darah jihad ku yang suci mengalir ke tanah Tsamud.



Allah pun memenuhi janjinya dan terjadilah azab atas pembunuhan terhadapku. “Sesungguhnya kami menimpakan atas mereka satu ledakan menggelegar, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering yang dikumpulkan oleh pemilik kandang binatang.”


Selasa, 05 Oktober 2010

HIU DAN KERA



Ada seekor kera yang tinggaldi sebuah pohon besar, pohon itu berada di pinggir laut, dari pohon itu dapat melihat bermacam-macam ikan berenang di dalam laut. Sang kera mempunyai teman, seekor hiu besar yang hidup di laut, sang hiu selalu dating ke bawah pohon besar setiap hari, setiap hiu itu dating mereka saling bertukar cerita, kera bercerita tentang daratan sedangkan hiu bercerita tentang apa yang ada di dasar lautan.


“ Datanglah berkunjung ke keluargaku di dasar laut, aku akan membawamu berkeliling lautan,” kata hiu kepada kera.


“ Kamu betul-betul teman yang baik, tapi bagaimana aku berada di lautan sedangkan aku tidak bisa berenang,” Jawab kera kepada hiu.


“ Kau bisa naik ke punggungku, aku akan membawamu berenang dilautan,” kata hiu.


Kera pun setuju dan kemudian kera duduk diatas punggung hiu. Hiu pun berenang diatas permukaan lautan, lama mereka berenang sampai jauh dari daratan dan berada ditengah samudra, berkatalah hiu kepada kera,” Sebenarnya aku tidak membawamu ke keluargaku aku hanya ingin membawakan rajaku jantung kera, karena rajaku sakit.”


Mendengar pengakuan hiu kera pun berfikir dan menjawab,” Sebenarnya aku ingin sekali membantumu, sayangnya jantung hatiku telah kusimpan diatas pohon yang besar di tepi laut, itulah yang telah dilakukan semua kera.” Hiu pun kebingungan karena mereka telah berada di tengah samudra, melihat hiu kebingungan maka kera melanjutkan berbicara,” Baiklah hiu, bawalah aku kembali ketempatku semula dan akan kuambil jantung dan hatiku untuk rajamu.”


Dengan segera hiu berenang kembali menuju pantai dan pohon besar di tepi pantai, sesampainya di tepi pantai, meloncatlah kera keatas dahan pohon besar itu. Menunggu cukup lama hiu akhirnya berteriak kepada kera,” Hai kera kemana jantung hatimu?”


“ Pergilah kamu hiu, jantung dan hatiku ada didalam dadaku selamanya, kuanggap kamu teman baikku tapi ternyata kamu menginginkan kematianku, tinggalkan aku sendiri dan kita tak akan berteman lagi.” Itu perkataan terakhir kera untuk hiu yang menghianati pertemanan mereka.